Selasa, 29 Desember 2015

Fonetik



Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas: vokal, konsonan dan semi vokal (Cf. Jones, 1958:12). Perbedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara. Jadi tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya ada pita suara saja. Hambatan yang hanya terjadi pada pita suara tidak lazim disebut artikulasi (Verhaar, 1977:17). Karena vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara bergetar. Glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali. Dengan demikian semua vokal adalah bunyi bersuara.
Bunyi disebut konsonan, bila terjadinya dibentukdengan hambatan arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara. Jika hal ini terjadi maka yang terbentuk adalah bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita sua-ra, glotis dalam keadaan terbuka. Maka bunyi yang dihasilkan adalah konsonan tak bersuara.
Untuk lebih memudahkan pemberian klasifikatif vokal, Daniel Jones seorang ahli fonetik dari Inggris memperkenalkan sistem vokal kardinal (Cardinal Vowels). Vokal-vokal kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu (Jones, 1958:18; cf. Lapolwa, 1981:24).
Vokal-vokal kardinal itu dalam abjad fonetik internasional (Internasional Phonetics Associations) urut dari 1 sampai 0. Parameter penentuan vokal-vokal rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, struktur, dan bentuk bibir.
Adapun klasifikasi konsonan tidak diperlukan prinsip-prinsip bagi kardinal karna secara fisiologis antara konsonan dengan yang lain lebih mudah dibedakan daripada vokal-vokal secara prak-tis biasanya konsonan dibedakan menurut:
1)     Cara dihambat.
2)     Tempat hambatan.
3)     Hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif  dengan pasif (struktur).
4)     Bergetar tidaknya pita suara.
Fonem merupakan bunyi bahasa yang fungsional, sedangkan fona tidak. Ilmu yang mempelajari fona inilah dikenal dengan fonetik. Dengan kata lain bahwa fonetik merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana bunyi bahasa itu terbentuk berupa frekwensi getaran, intensitas, dan timbrenya, serta bagaimana bunyi bahasa tersebut dapat diterima oleh telinga (Yulianto, 1989:23).
Keraf (1979:29) menyatakan bahwa fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia banyak varia-sinya dan tak terbatas. Perubahan posisi alat ucap akan membawa perubahan bunyi yang dihasilkan, bahkan dari posisi yang samapun bisa pula dihasilkan bunyi yang berbeda jika bahasa kerjanya alat-alat yang lain berbeda (Yulianto, 1989:23).
Lebih lanjut dikatakan bahwa fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar “fisik” bunyi-bunyi bahasa (Verhaar, 2001:19). Ada dua segi dasar fisik tersebut, yaitu segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa, dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan.
Menurut dasar di atas, yang pertama fonetik disebut “fonetik organik” (karena menyangkut alat-alat bicara), atau “fonetik artikulatoris” (karena menyangkut pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut “fonetik akustik”, karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara. Sebagian besar fonetik akustik berdasarkan pada ilmu fisika (tentang bunyi) yang diterapkan kepada bunyi-bunyi bahasa.
            Fonetik (phonetics) ialah ilmu bunyi yang menyelidiki bunyi-bunyi bahwa tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa (langue) (cf. Malmberg, 1963:1; Verhaar, 1977:12; Ramelan, 1982:3). Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran (parole) (Sudarjanto, 1974:1). Misalnya, perbedaan bunyi vokal depan madya atas [ e ] dengan vokal depan madya bawah [ ε ] dalam bahasa Indonesia. Perbedaan bunyi vokal letup bilabial [ b ] tak beraspirasi dengan [ bh ] yang beraspirasi dalam bahasa Indonesia dan Madura.
Dengan kata lain fonetik ialah ilmu yang menyelidiki dan berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi bahasa. Bagaimana cara terbentuknya; berapa frekuensi, intensitas, timbrenya sebagai getaran udara; dan bagaimana bunyi itu diterima oleh telinga. Kata sifat fonetik adalah fonetis (phonetic).
F. Jenis Fonetik
            Berdasarkan luasnya cakupan studi fonetik, hal ini dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu
Fonetik organis, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar