Secara umum
bunyi bahasa dibedakan atas: vokal, konsonan dan semi vokal (Cf. Jones,
1958:12). Perbedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses
artikulasi) pada alat bicara. Bunyi disebut vokal, bila terjadinya tidak ada
hambatan pada alat bicara. Jadi tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi
vokal hanya ada pita suara saja. Hambatan yang hanya terjadi pada pita suara
tidak lazim disebut artikulasi (Verhaar, 1977:17). Karena vokal dihasilkan
dengan hambatan pita suara bergetar. Glotis dalam keadaan tertutup, tetapi
tidak rapat sekali. Dengan demikian semua vokal adalah bunyi bersuara.
Bunyi disebut
konsonan, bila terjadinya dibentukdengan hambatan arus udara pada sebagian alat
bicara, jadi ada artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai
dengan bergetarnya pita suara. Jika hal ini terjadi maka yang terbentuk adalah
bunyi konsonan bersuara. Jika artikulasi itu tidak disertai bergetarnya pita
sua-ra, glotis dalam keadaan terbuka. Maka bunyi yang dihasilkan adalah
konsonan tak bersuara.
Untuk lebih
memudahkan pemberian klasifikatif vokal, Daniel Jones seorang ahli fonetik dari
Inggris memperkenalkan sistem vokal kardinal (Cardinal Vowels). Vokal-vokal
kardinal ialah bunyi-bunyi vokal yang mempunyai kualitas bunyi tertentu,
keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu (Jones, 1958:18; cf. Lapolwa,
1981:24).
Vokal-vokal
kardinal itu dalam abjad fonetik internasional (Internasional Phonetics Associations) urut dari 1 sampai 0.
Parameter penentuan vokal-vokal rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak,
struktur, dan bentuk bibir.
Adapun
klasifikasi konsonan tidak diperlukan prinsip-prinsip bagi kardinal karna
secara fisiologis antara konsonan dengan yang lain lebih mudah dibedakan
daripada vokal-vokal secara prak-tis biasanya konsonan dibedakan menurut:
1)
Cara dihambat.
2)
Tempat hambatan.
3) Hubungan posisional antara
penghambat-penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif dengan
pasif (struktur).
4)
Bergetar tidaknya pita suara.
Fonem merupakan
bunyi bahasa yang fungsional, sedangkan fona tidak. Ilmu yang mempelajari fona
inilah dikenal dengan fonetik. Dengan kata lain bahwa fonetik
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana bunyi bahasa itu terbentuk berupa
frekwensi getaran, intensitas, dan timbrenya, serta bagaimana bunyi bahasa
tersebut dapat diterima oleh telinga (Yulianto, 1989:23).
Keraf (1979:29)
menyatakan bahwa fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
Bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia banyak varia-sinya dan tak terbatas.
Perubahan posisi alat ucap akan membawa perubahan bunyi yang dihasilkan, bahkan
dari posisi yang samapun bisa pula dihasilkan bunyi yang berbeda jika bahasa
kerjanya alat-alat yang lain berbeda (Yulianto, 1989:23).
Lebih lanjut
dikatakan bahwa fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar
“fisik” bunyi-bunyi bahasa (Verhaar, 2001:19). Ada dua segi dasar fisik
tersebut, yaitu segi alat-alat bicara serta penggunaannya dalam menghasilkan
bunyi-bunyi bahasa, dan sifat-sifat akustik bunyi yang telah dihasilkan.
Menurut dasar
di atas, yang pertama fonetik disebut “fonetik organik” (karena menyangkut
alat-alat bicara), atau “fonetik artikulatoris” (karena menyangkut
pengartikulasian bunyi-bunyi bahasa). Menurut dasar yang kedua fonetik disebut
“fonetik akustik”, karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai
getaran udara. Sebagian besar fonetik akustik berdasarkan pada ilmu fisika
(tentang bunyi) yang diterapkan kepada bunyi-bunyi bahasa.
Fonetik (phonetics) ialah ilmu
bunyi yang menyelidiki bunyi-bunyi bahwa tanpa melihat fungsi bunyi itu sebagai
pembeda makna dalam suatu bahasa (langue)
(cf. Malmberg, 1963:1; Verhaar, 1977:12; Ramelan, 1982:3). Fonetik menyelidiki
bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran
(parole) (Sudarjanto, 1974:1). Misalnya, perbedaan bunyi vokal depan madya
atas [ e ] dengan vokal depan madya bawah [ ε ] dalam bahasa Indonesia. Perbedaan bunyi vokal letup bilabial [ b ] tak
beraspirasi dengan [ bh ] yang beraspirasi dalam bahasa Indonesia dan Madura.
Dengan kata
lain fonetik ialah ilmu yang menyelidiki dan
berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi bahasa. Bagaimana
cara terbentuknya; berapa frekuensi, intensitas, timbrenya sebagai getaran
udara; dan bagaimana bunyi itu diterima oleh telinga. Kata sifat fonetik adalah
fonetis (phonetic).
F. Jenis
Fonetik
Berdasarkan luasnya cakupan studi fonetik, hal ini
dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu
Fonetik
organis, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar