Selasa, 01 Desember 2015

Kearifan Lokal di Banten-BENDUNGAN LAMA PAMARAYAN



Pamarayan merupakan salah satu nama desa yang berada di provinsi Banten. Pamarayan adalah salah satu daerah yang masih menjaga erat nilai dan norma serta tradisi atau adat istiadat masyarakatnya. Daerah kecil in itermasuk salah satu desa yang penuh cerita tentang peninggalan belanda yaitu sebuah jembatan pamarayan yaitu sebuah jembatan yang dibuat oleh orang Belanda beserta orang pribuminya. Awal mula desa pamarayan pada zaman dahulu tepatnya pada tahun 1048 didaerah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Wel Wina, sebelumnya didaerah ini telah dibangun jaringan-jaringan irigari kecil sederhana dan irigasi tertua adalah yang dibangun oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada sekitar abad ke-17 yang dikenal sultan. Namun ketika Belanda menjajah bagian barat Indonesia tepatnya didaerah Banten sampai kewilayah pamarayan, awalnya colonial Belanda hanya ingin mengambil rempah-rempah tetapi lama-kelamaan orang Belanda berinisiatif membua tjembatan untuk pengairan dilahan pertanian dan untuk mempermudah mobiltas mereka dalam mengambil rempah-rempah didaerah tersebut. Jembatan tersebut dibangun pada tahun 1901, pada saat itu yang mengerjakan jembatan yaitu orang pribumi dan para pekerja dari daerah jawa yang dipekerjakan oleh orang Belanda. Proyek pembangunnan jembatan ini selesai pada tahun 1914 dan air mulai mengalir pada tahun 1918, disamping bendungan ini terdapat bangunan yang di gunakan oleh colonial Belanda untuk MEMBAYAR upah para pekerja atau biasa disebut dengan tempat “PAMARAYAN”.
            Warga pribumi hanya dibayar atau  mendapat imbalan atas pekerjaannya hanya dengan dibayar dengan uang logam Wel Wina dengan cara pakai takeran tidak diperhitunngkan dengan rinci, entah takeran uang ataupun takeran jagung. Ukuranhanya 1 (satu) takeran.
            Mulai pada saat itu munculnya keributan antara warga pribumi yang meributkan imbalan yang diberikan oleh orang Belanda. Semakin lama semakin berlanjut keributan tersebut, dan pada akhirnya daerah tersebut menjadi sebutan “PAMARAYAN” para pekerja pada masa penjajahan colonial Belanda. Dengan semangat juang dan kesatuan dari warga Indonesia berhasil merebut KE-MERDEKAAN-NYA dari tangan penjajahan Belanda.
            Pamarayan juga memiliki tradisi yang sampai saat ini masih dilakukan, tradisi tersebut bernama “Bedol Pamarayan”. Bedol Pamarayan dilakukan setiap tanggal 10 bulan 10 (oktober), setiap setahun sekali. Tradisi tersebut dimulai sejak zaman Belanda, bedolan  ini dilakukan untuk mencitrakan bahwa bendungan ini adalah milik Rakyat. Menurut Hudari (kepala unit pelaksanaan teknik bendungan), Bedol Pamarayan adalah pesta para petani saat memasuki musim tanam setelah menghadapi musim kemarau. Kegiatan ini dimanfaatkan tidak hanya oleh masyarakat sekitar tetapi juga masyarakat dari luar Pamarayan untuk mencariikan yang berada di daerah bendungan. Setiaptahunnya acara ini selalu dihadiri oleh Bupati Serang dan ribuan masyarakat yang antusias dalam acara ini, masyarakat berbondong-bondonng mendatangi bendungan dengan membawa alat-alat untuk menangkap ikan, seperti jala, pancing, ember, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar