a.
Hubungan Sintagmatik
Satuan leksikal dapat mengalami perubahan arti
karena (i) kekeliruan pemenggalan morfem-morfem, misalnya Kata Jawa pramugari yang terjadi dari pra- dan bentuk dasar mugari ‘pembantu tuan rumah pada
peralatan’. Pemenggalan yang salah untuk menghasilkan bentuk-bentuk lain muncul
pada kata pramuniaga, pramuwisma, dan
lainnya. Bentuk pramu- akhirnya
dihubungkan dengan ‘pemberi jasa’. (ii) Persandingan yang lazim, yang disebut
kolokasi. Misalnya bentuk nasib yang
dapat bersanding dengan baik dan buruk. Akan tetapi, yang sering muncul
adalah nasib buruk daripada nasib baik, sehingga di masyarakat
maknanya menjadi berkonotasi buruk.
Contohnya: Memang sudah nasibnya untuk
hidup sendiri. (iii) Penghilangan salah satu unsur. Contohnya, bentuk acuh tak acuh yang berarti ‘tidak
menghiraukan’ menjadi acuh dengan
arti sama ‘tidak menghiraukan’.
b.
Rumpang di dalam Kosakata
Kosa kata bahasa Indonesia terkadang kekurangan
bentuk untuk mengungkapkan konsep tertentu. Penutur bahasa dapat memilih satuan
leksikal yang ada dan (i) menyempitkan maknanya. Misal pada kata pesawat ‘alat’, ‘mesin’, di kalangan
penerbang menjadi sempit maknanya sehingga disamakan dengan pesawat terbang. (ii) meluaskan makna
satuan leksikalnya. Contohnya, munculnya ayah
kandung, selain terdapat ibu kandung
dan saudara kandung meskipun ayah tidak pernah mengandung atau berada
dalam satu kandung. Bentuk ini kemudian memiliki hubungan pertalian
kekerabatan. (iii) memakai metafor atau kiasan. Misalnya kata catut yang maknanya sendiri adalah ‘alat
pencabut paku’ kemudian disamakan dengan ‘calo’. (iv) acuan yang ada di luar
bahasa. Contohnya bentuk perakitan
dan merakit yang bermakna ‘menyatukan
komponen-komponen’ di bidang automotif dipakai padanan assemble atau assembling.
c.
Perubahan Konotasi
Konotasi atau disebut juga tautan yang menyertai
makna kognitif, sangat bergantung pada pembicaranya, pendengar, dan situasi
yang melingkupinya. Berdasarkan itu ada yang menjurus pada yang positif dan
adapula yang menjurus ke negatif. Kata yang menjurus ke arah yang positif
misalnya ceramah dan kata yang
menjurus ke arah yang negatif misalnya terlibat.
d. Peralihan dari Pengacuan yang Konkrit
Menjadi Abstrak
Peralihan dari acuan yang konkrit menjadi abstrak
dapat dicermati pada contoh mencakup
(menagkap dengan mulut, seperti buaya mengatupkan mulutnya apabila banyak lalat
yang masuk) menjadi mencakup
(termasuk di dalamnya).
e.
Sinestesia
Sinestesia adalah penggabungan dua macam tanggapan
pancaindera terhadap satu hal yang sama. Misalnya pada gabungan kata muka masam, yang terjadi dari kombinasi
antara indera penglihatan (muka) dan
indera perasa (masam)
f.
Penerjemahan Harfiah
Pemungutan konsep baru yang diungkapkan di dalam
bahasa lain terjadi juga lewat penerjemahan kata demi kata, sehingga bentuk
terjemahan itu memperoleh arti baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Salah satu
akibat proses perubahan makna yang terjadi adalah adanya satuan leksikal kuno dan satuan
leksikal yang usang. Satuan leksikal kuno adalah satuan yang kehilangan
acuannya karena acuannya tersebut berada di luar bahasa masa kini. Sedangkan
satuan leksikal yang usang diakibatkan penurunan frekuensinya.
3. Perluasan Makna
Makna dapat mengalami perluasan, misalnya pada kata saudara, bapak, dan ibu. Dulu digunakan untuk menyebut orang yang seketurunan
(sedarah). Kata saudara dihubungkan
dengan kakak atau adik yang seayah dan seibu. Kata bapak selalu dihubungkan dengan orang tua laki-laki, sedangkan kata
ibu selalu dihubungkan dengan orang
tua perempuan. Akan tetapi, pada masa sekarang kata-kata tersebut telah
mengalami perluasan makna. Kata bapak
digunakan untuk menyebut laki-laki yang tua, meskipun tidak ada pertalian
darah; kata ibu juga sama halnya
dengan kata bapak yang mengalami
perluasan untuk menyebut perempuan yang tua; kata saudara digunakan untuk menyebut orang yang sebaya dengan
pembicara.
4. Pembatasan Makna
Makna kata dapat mengalami pembatasan, atau makna
yang dimiliki lebih terbatas dibandingkan dengan makna semula. Misalnya kata tukang yang memiliki makna luas ‘ahli’
atau ‘dapat mengerjakan sesuatu’. Sekarang makna tersebut mengalami pembatasan
seperti pada (i) tukang kayu, (ii) tukang catut, dan (iii) tukang tambal ban.
5. Pergeseran Makna
Pergeseran makna merupakan salah satu akibat dari
perkembangan makna. Pergeseran ini dapat terjadi dengan cara menggati simbol,
misalnya kata tahanan ‘tempat orang
ditahan atau dipenjara setelah mendapat putusan dari hakim untuk menjalani
hukuman’. Sekarang muncul lembaga
kemasyarakatan yang maknanya mengalami pergeseran, yaitu bukan hanya tempat
untuk menahan tetapi juga dijadikan tempat untuk mengubah tingkah laku
terpidana agar kelak dapat diterima kembali oleh masyarakatnya.
Pergeseran makna selain
melalui penggantian simbol, juga dapat dilakukan dengan mengubah bentuk imperatif
pada bentuk segera laksanakan!
Bergeser maknanya menjadi eufemisme, yaitu harap
dilaksanakan atau mohon dilaksanakan.
Hal ini dilakukan melalui pertimbangan psikologis lawan tutur untuk memperhalus
dalam penggunaan kata-kata agar tidak terkesan kasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar