Selasa, 29 Desember 2015

Proses Yang Mengakibatkan Perubahan Makna



a.         Hubungan Sintagmatik
Satuan leksikal dapat mengalami perubahan arti karena (i) kekeliruan pemenggalan morfem-morfem, misalnya Kata Jawa pramugari yang terjadi dari pra- dan bentuk dasar mugari ‘pembantu tuan rumah pada peralatan’. Pemenggalan yang salah untuk menghasilkan bentuk-bentuk lain muncul pada kata pramuniaga, pramuwisma, dan lainnya. Bentuk pramu- akhirnya dihubungkan dengan ‘pemberi jasa’. (ii) Persandingan yang lazim, yang disebut kolokasi. Misalnya bentuk nasib yang dapat bersanding dengan baik dan buruk. Akan tetapi, yang sering muncul adalah nasib buruk daripada nasib baik, sehingga di masyarakat maknanya menjadi berkonotasi buruk. Contohnya: Memang sudah nasibnya untuk hidup sendiri. (iii) Penghilangan salah satu unsur. Contohnya, bentuk acuh tak acuh yang berarti ‘tidak menghiraukan’ menjadi acuh dengan arti sama ‘tidak menghiraukan’.

b.         Rumpang di dalam Kosakata
Kosa kata bahasa Indonesia terkadang kekurangan bentuk untuk mengungkapkan konsep tertentu. Penutur bahasa dapat memilih satuan leksikal yang ada dan (i) menyempitkan maknanya. Misal pada kata pesawat ‘alat’, ‘mesin’, di kalangan penerbang menjadi sempit maknanya sehingga disamakan dengan pesawat terbang. (ii) meluaskan makna satuan leksikalnya. Contohnya, munculnya ayah kandung, selain terdapat ibu kandung dan saudara kandung meskipun ayah tidak pernah mengandung atau berada dalam satu kandung. Bentuk ini kemudian memiliki hubungan pertalian kekerabatan. (iii) memakai metafor atau kiasan. Misalnya kata catut yang maknanya sendiri adalah ‘alat pencabut paku’ kemudian disamakan dengan ‘calo’. (iv) acuan yang ada di luar bahasa. Contohnya bentuk perakitan dan merakit yang bermakna ‘menyatukan komponen-komponen’ di bidang automotif dipakai padanan assemble atau assembling.

c.         Perubahan Konotasi
Konotasi atau disebut juga tautan yang menyertai makna kognitif, sangat bergantung pada pembicaranya, pendengar, dan situasi yang melingkupinya. Berdasarkan itu ada yang menjurus pada yang positif dan adapula yang menjurus ke negatif. Kata yang menjurus ke arah yang positif misalnya ceramah dan kata yang menjurus ke arah yang negatif misalnya terlibat.
 
d.         Peralihan dari Pengacuan yang Konkrit Menjadi Abstrak
Peralihan dari acuan yang konkrit menjadi abstrak dapat dicermati pada contoh mencakup (menagkap dengan mulut, seperti buaya mengatupkan mulutnya apabila banyak lalat yang masuk) menjadi mencakup (termasuk di dalamnya).

e.         Sinestesia
Sinestesia adalah penggabungan dua macam tanggapan pancaindera terhadap satu hal yang sama. Misalnya pada gabungan kata muka masam, yang terjadi dari kombinasi antara indera penglihatan (muka) dan indera perasa (masam)

f.          Penerjemahan Harfiah
Pemungutan konsep baru yang diungkapkan di dalam bahasa lain terjadi juga lewat penerjemahan kata demi kata, sehingga bentuk terjemahan itu memperoleh arti baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Salah satu akibat proses perubahan makna yang terjadi adalah adanya satuan leksikal kuno dan satuan leksikal yang usang. Satuan leksikal kuno adalah satuan yang kehilangan acuannya karena acuannya tersebut berada di luar bahasa masa kini. Sedangkan satuan leksikal yang usang diakibatkan penurunan frekuensinya.

3.         Perluasan Makna
Makna dapat mengalami perluasan, misalnya pada kata saudara, bapak, dan ibu. Dulu digunakan untuk menyebut orang yang seketurunan (sedarah). Kata saudara dihubungkan dengan kakak atau adik yang seayah dan seibu. Kata bapak selalu dihubungkan dengan orang tua laki-laki, sedangkan kata ibu selalu dihubungkan dengan orang tua perempuan. Akan tetapi, pada masa sekarang kata-kata tersebut telah mengalami perluasan makna. Kata bapak digunakan untuk menyebut laki-laki yang tua, meskipun tidak ada pertalian darah; kata ibu juga sama halnya dengan kata bapak yang mengalami perluasan untuk menyebut perempuan yang tua; kata saudara digunakan untuk menyebut orang yang sebaya dengan pembicara.

4.         Pembatasan Makna
Makna kata dapat mengalami pembatasan, atau makna yang dimiliki lebih terbatas dibandingkan dengan makna semula. Misalnya kata tukang yang memiliki makna luas ‘ahli’ atau ‘dapat mengerjakan sesuatu’. Sekarang makna tersebut mengalami pembatasan seperti pada (i) tukang kayu, (ii) tukang catut, dan (iii) tukang tambal ban.

5.         Pergeseran Makna
Pergeseran makna merupakan salah satu akibat dari perkembangan makna. Pergeseran ini dapat terjadi dengan cara menggati simbol, misalnya kata tahanan ‘tempat orang ditahan atau dipenjara setelah mendapat putusan dari hakim untuk menjalani hukuman’. Sekarang muncul lembaga kemasyarakatan yang maknanya mengalami pergeseran, yaitu bukan hanya tempat untuk menahan tetapi juga dijadikan tempat untuk mengubah tingkah laku terpidana agar kelak dapat diterima kembali oleh masyarakatnya.
Pergeseran makna selain melalui penggantian simbol, juga dapat dilakukan dengan mengubah bentuk imperatif pada bentuk segera laksanakan! Bergeser maknanya menjadi eufemisme, yaitu harap dilaksanakan atau mohon dilaksanakan. Hal ini dilakukan melalui pertimbangan psikologis lawan tutur untuk memperhalus dalam penggunaan kata-kata agar tidak terkesan kasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar