BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan observasi
ini merupakan kegiatan pembelajaran mata kuliah Pendidikan Inklusi di
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kegiatan observasi ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengenal secara langsung
anak anak yang berkebutuhan khusus, terutama anak yang mengalami tunanetra.
Dengan mata kuliah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa sebagai
calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif di berbagai daerah di
Indonesia.
Dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi, perlu adanya identifikasi bagi anak didik berkebutuhan
khusus agar keberadaan mereka dapat diketahui sedini mungkin. Setelah dilakukan
identifikasi, selanjutnya diberikan program pelayanan sesuai kebutuhan
masing-masing yang kemudian sebagai acuan untuk pemberian layanan Pendidikan
Khusus secara inklusif. Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No.70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta
didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan / atau bakat
istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan
hak asasinya yang diselenggarakan secara inklusif.
Yang dimaksud dengan
pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik pada umumnya.
Anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang
spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Mengalami hambatan dalam
belajar dan perkembangan sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Klasifikasi anak
berkebutuhan khusus diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras,anak autis, anak lamban belajar dan anak dengan kecerdasan
istimewa (gifted and talented).
Pada kesempatan ini
dilakukan observasi ke Sekolah Khusus Negeri 02 Kota Serang yang merupakan salah
satu sekolah negeri bagi anak berkebutuhan khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar
anak berkesulitan belajar?
2. Sebutkan apa saja karakteristik anak yang berkesulitan
belajar?
3.Apa
saja kendala yang dihadapi guru dalam mengajar anak berkesulitan belajar?
4.
Bagaimana bentuk layanan pendidikan yang diberikan pada anak berkesulitan
belajar?
C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana kegiatan
belajar mengajar anak mengalami berkesulitan
belajar.
2. Untuk
mengetahui karakteristik anak yang berkesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam
mengajar anak berkesulitan
belajar
4. Untuk mengetahui layanan
pendidikan yang sesuai untuk anak berkesulitan belajar
D. Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini yakni untuk memberikan informasi dan pemahaman
konseptual mengenai anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar
di Sekolah Reguler SD Negeri Jasinga 07.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan
khusus (Heward) adalah
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa
selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk
kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, bahwa jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah
Pendidikan Khusus. Pasal 32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan batasan bahwa
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional,mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Teknis layanan pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik
yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara khusus
belum tersedia.
B.
Definisi
Anak berkesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup
kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan
afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki
problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam
penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena
gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
C.
Karakteristik
Anak dengan Kebutuhan Khusus (berkesulitan belajar)
1. Karakteristik
anak kesulitan belajar membaca (disleksia) yaitu sebagai berikut
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
2. Karakteristik
anak kesulitan belajar menulis (disgrafia) yaitu sebagai berikut :
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9 dsb
c. Tulisannya banyak salah
d. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9 dsb
c. Tulisannya banyak salah
d. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
3. Karakteristik
anak yang mengalami kesulitan berhitung (diskalkula) :
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan
c. Sering salah membilang dengan urut
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan sebagainya.
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan
c. Sering salah membilang dengan urut
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8 dan sebagainya.
D.
Faktor-faktor
penyebab anak berkesulitan belajar
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat
digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
a. Faktor
intern (factor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang meliputi:
1). Faktor
fisiologi
Faktor fisiologi adalah factor fisik dari anak
itu sendiri. seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami kelemahan
secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi
tidak sempurna.
2). Faktor
psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang
berkenaan dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar.
Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan,
ketenangan, rasa aman. Selain itu yang juga termasuk dalam factor psikologis ini
adalah intelegensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 –
140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran
dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 – 110) tentunya
tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu
tinggi. Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 atau bahkan dibawah 60
tentunya memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar.
b. Faktor ekstern (factor dari luar anak) meliputi:
1). Faktor-faktor
sosial
Yaitu
faktor-faktor seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka di rumah.
Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda
dengan anak-anak yang cukup mendapatkan perhatian, atau anak yang terlalu
diberikan perhatian. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan anak,
apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya
juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2).
Faktor-faktor non- sosial
Faktor-faktor non-sosial yang dapat menjadi penyebab
munculnya masalah kesulitan belajar adalah factor guru di sekolah, kemudian
alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
E.
Klasifikasi kesulitan belajar
Secara garis besar kesulitan belajar
dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities)
Kesulitan belajar
yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi,
kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dala penyesuaian
perilaku sosial.
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya
keterampilan prasyarat (prerequisite skills), yaitu keterampilan yang harus
dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering
berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara
keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam belajar membaca
menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motor, tetapi ada
pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam
fungsi-fungsi perseptual motor.
b. Kesulitan belajar akademik (academic learning
disabilities)
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan
dalam membaca, menulis dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru
atau orangtua ketika anak gagal menampilan salah satu atau beberapa kemampuan
akademik.
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan
seorang anak memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh
prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasai ketermpilan prasyarat,
umumnya dapat mencapai prestasi akademik yang diharapkan setelah lebih dahulu
anak menguasai keterampilan prsyarat tersebut. Untuk dapat menyelesaikan soal
matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu
keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus sudah
berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun auditif,
ingatan visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk memusatkan perhatian.
F.
Layanan Pendidikan Kesulitan Belajar
Model layanan pendidikan bagi anak
berkesulitan belajar:
1.
Model Pendidikan Terpadu
Pendidikan terpadu adalah pelayanan pendidikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus reguler. Pelaksanaan pendidikan terpadu
membutuhkan bantuan tenaga khusus berkualifikasi PLB. Melalui pendidikan
terpadu, praktek di lapangan bentuk integrasi pendidikan masih bersifat fisik,
sedangkan integrasi instruksional melalui pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan individual belum dapat dijalankan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut,
maka muncul model ‘mainstreaming’.
2.
Model Pendidikan Mainstreaming
Konsep mainstreaming menghendaki agar integrasi
pendidikan bagi ABK mencakup integrasi sosial dan instruksional didasarkan pada
kebutuhan pendidikan yang diukur secara individual dan profesional oleh
berbagai profesi dan disiplin. Penempatan pendidikan ABK dalam model ini
menjadi sangat fleksibel dari lingkungan pendidikan yang sangat terbatas
seperti asrama, sampai lingkungan yang tidak terbatas seperti kelas biasa atau
kelas reguler.
3.
Model Inklusi
Model ini
menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip
‘education for all’. Sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi,
perlu dibantu tenaga khusus berkualifikasi PLB.
Dari ketiga
model pelayanan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, maka pilihan
penempatan disesuaikan dengan kondisi dan potensi lapangan. Tipe pemilihan
penempatan anak berkesulitan belajar adalah:
a.
Kelas Reguler ( General education Class)
Sistem
pelayanan dalam bentuk kelas reguler dimaksudkan untuk mengubah citra tentang
adanya dua tipe anak, anak dengan berkesulitan belajar dan tidak berkesulitan
belajar. Dalam kelas reguler yang dirancang untuk membantu anak berkesulitan
belajar diciptakan suasana belajar kooperatif sehingga semua anak dapat
menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan belajar. Suasana belajar kompetitif
dihindari agar anak berkesulitan belajar tidak putus asa. Program penndidikan
individual diberikan kepada semua anak yang membutuhkan, baik yang berkesulitan
maupun yang memiliki keunggulan. Dalam kelas reguler semacam ini berbagai
metode untuk berbagai jenis anak digunakan bersama.
b.
Kelas Khusus ( Special Class )
Sistem ini
biasanya menampung antara 10 hingga 20 anak berkesulitan belajar dibawah asuhan
seorang guru khusus. Ada dua jenis kelas khusus yang biasa digunakan yaitu: a)
kelas khusus sepanjang hari belajar, dan b) kelas khusus untuk mata pelajaran
tertentu atau kelas khusus sebagian waktu.
Dalam kelas
khusus sepanjang hari belajar, anak-anak berkesulitan belajar dilayani oleh
guru khusus. Anak-anak di kelas ini belajar semua jenis mata pelajaran dan
hanya berinteraksi dengan anak-anak lain yang juga berkesulitan belajar pada
saat jam istirahat dan atau bermain.
c.
Ruang Sumber ( Resource Room)
Ruang sumber
merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah untuk memberikan pelayanan
pendidikan khusus bagi anak-anak yang membutuhkan, terutama yang berkesulitan
belajar. Di dalam ruang sumber terdapat guru remedial atau guru sumber dan
berbagai media belajar. Aktivitas utama dalam ruang sumber umumnya
berkonsentrasi pada upaya memperbaiki keterampilan dasar seperti membaca,
menulis, dan berhitung. Guru sumber diharapkan dapat menjadi pengganti guru
kelas dan menjadi konsultan bagi guru reguler.
G.
Prinsip – prinsip pembelajaran anak Kesulitan Belajar
Prinsip-prinsip pembelajaran anak berkesulitan belajar
bertolak dalam pengajaran remedial yang sesuai dengan prinsip-prinsip
diagnosis, yaitu:
-
Terarah
pada perumusan metode perbaikan
-
Efisien
-
Penggunaan
catatan kumulatif
-
Valid
dan reliabel
-
Penggunaan
tes baku
-
Penggunaan
prosedur informal
-
Kuantitatif
-
Dilakukan
secara berkesinambungan
H.
Fasilitas
yang Diperlukan dalam Belajar Anak Kesulitan
Belajar
Remedial
Teaching
Remedial teaching atau pengajaran perbaikan
adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan,
atau dengan singkat : pengajaran yang membuat menjadi baik. Maka pengajaran
perbaikan atau remedial teaching itu adalah bentuk khusus pengajaran yang
berfungsi untuk menyembuhkan, membetulkan atau membuat menjadi baik. Perbaikan diarahkan kepada pencapaian hasil yang optimal sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa melalui keseluruhan proses belajar mengajar dan
keseluruhan pribadi siswa.
Remedial teaching berasal dari kata remedy
(Inggris) yang artinya menyembuhkan. Istilah pengajaran remedial pada mulanya
adalah kegiatan mengajar untuk anak luar biasa yang mengalami berbagai hambatan
(sakit). Dewasa ini pengertian itu sudah berkembang. Sehingga anak yang normal
pun memerlukan pelayanan pengajaran remedial (remedial teaching). Beberapa metode
dalam pelaksanaan remedial teaching
a. Metode Diskusi
Metode ini dapat digunakan untuk memecahkan
suatu masalah, yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa agar siswa dapat
berinteraksi dengan siswa yang lain, dengan metode ini siswa dapat : Berinteraksi dalam kelompok yang dapat menumbuhkan sikap percaya
mempercayai, mengembangkan kerja sama antar
pribadi , menumbuhkan kepercayaan diri, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab
b. Metode Tugas
Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal
kasus dan dalam rangka pemberian bantuan. Dengan pemberian tugas-tugas tetentu
baik secara individual maupun secara kelompok. Siswa yang mengalami kesulitan
dapat ditolong. Dengan metode ini siswa diharapkan : Lebih memahami dirinya, dapat
memperluas atau mendalam materi yang diperlajari, dapat memperbaiki cara-cara belajar yang pernah dialami
c. Kerja Kelompok
Metode ini hampir bersamaan dengan metode
pemberian tugas dengan metode diskusi. Yang penting adalah interaksi antara
anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang
mengalami kesulitan belajar karena :
d. Metode Tutor
Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk
atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena
berhubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan
siswa. Pemilihan tutor ini didasarkan atas prestasi, punya hubungan sosial
baik, dan cukup disenangi oleh teman-temannya. Tutor berperan sebagai pemimpin
dalam kegiatan kelompok sebagai pengganti guru. Dengan tutor ini ada
kebaikannya yaitu : Adanya hubungan yang dekat dan akrab, tutor sendiri kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar, dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
e. Pengajaran Individual
Pengajaran individual adalah interaksi antara
guru dan siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pengajaran individual ini bersifat teraputik artinya mempunyai sifat
penyembuhan dengan cara memperbaiki cara-cara belajar siswa. Untuk melaksanakan
pengajaran individual ini guru dituntut memiliki kemampuan membimbing dan
bersikap sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima dan memahami dan
sebagainya.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
PROFIL SEKOLAH
B.
Identitas
Siswa
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN
JASINGA 07
N.I.S : -
N.S.S :
NPSN DIKMEN :
Alamat Sekolah
a. Jalan : Jalan Raya Cipanas
b. Desa / Kelurahan : Jasinga
c. Kecamatan : Jasinga
d. Kota : Bogor
e. Provinsi : Jawa Barat
Nomor
Telepon
: -
Kode Pos : 16670
Tahun Berdiri : 1982
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi : B
Bangunan Sekolah : Milik
Pemerintah
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
Kondisi Tanah Bangunan
a.
Luas Tanah :
b.
Luas
Bangunan : 508
m2
Sarana dan Prasarana Sekolah :
Ø
Gedung Sekolah
Ø
Perpustakaan
Ø
WC siswa
dan WC guru
Nama : Ainaya
Nurfadilah
Umur : 12 tahun
Alamat : Kp.
Lebak 05/02
Nama anggota
keluarga :
Ibu : Rita Komardiana (Bibi siswa)
Kakak :
Yang
mengantar dan menjemput sekolah:
Nama ibu
guru : Wiwin Winarti
Nama
teman-teman : Anisa
Febrianti
Cita-cita : -
Nama : Resa Handayani
Umur : 11 tahun
Alamat: Kp.
Baru 03/02
Nama anggota
keluarga :-
Yang
mengantar dan menjemput sekolah: berangkat sendiri
Nama ibu
guru : Wiwin
Winarti
Nama
teman-teman : Anisah Febrianti
Cita-cita : -
C. Pelaksanaan Observasi
1. Tempat Observasi
a. Nama Sekolah : SDN
Jasinga 07
b. Alamat : Jl. Raya Cipanas
c. Kelurahan : Jasinga
d. Kecamatan : Jasinga
e. Kabupaten/kota : Bogor
2. Waktu Observasi
Kegiatan observasi dilakukan di SDN Jasinga kota Bogor, yang dilaksanakan pada hari Sabtu 16 Oktober mulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB.
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian
adalah siswa yang mengalami kesulitan
belajar di SDN Jasinga 07 yaitu kelas V dengan jumlah siswa
sebanyak 4 anak yang berkesulitan
belajar dari 27 anak.
4.
Hasil Observasi
Hasil observasi yang kami lakukan di SDN Jasinga 07,
kami mendapatkan data anak yang mengalami kesulitan belajar di kelas V ada 4 orang. Objek penelitian kami yaitu anak kelas tinggi yaitu kelas V. Jumlah
seluruh siswa di kelas V sebanyak 27 siswa.
Adapun nama anak yang mengalami kesulitan belajar
yaitu Resa Handayani, Ainaya Nurfadilah, Doni Firmansyah dan Yakub Sulaeman. Menurut
penuturan guru kelas V yaitu bu Wiwin Winarti, Kesulitan belajar yang dialami
siswa memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu:
-
Kurang memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru
-
Sering bercanda
-
Males untuk berangkat ke sekolah
atau sering bolos
-
Sering lupa materi yang sudah
disampaikan.
Adapun faktor penyebab anak
berkesulitan belajar yaitu faktor intern yang paling dominan. Dimana kesulitan
belajar yang dialami ke empat anak ini karena faktor keluarga, menurut
penjelasan dari ibu Wiwin Winarti selaku guru kelas, ke empat anak ini
mengalami kesulitan belajar karena kurangnya perhatian orang tua terhadap
mereka, orang tua yang terlalu sibuk dan cuek terhadap anaknya, kurang adanya
pantauan dari orang tua dan juga faktor ekonomi. Bahkan dua dari empat anak
tersebut ada yang sering bolos dengan alasan bekerja. Yang seharusnya mereka
pergi ke sekolah, tetapi mereka pergi
mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual, sehingga mereka banyak
ketinggalan mata pelajaran.
Bahkan orang tua kedua anak ini
mendukung anaknya bekerja daripada sekolah, karena menurut orang tua mereka
dengan anaknya bekerja, akan membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Dengan kondisi seperti ini, akan membuat guru dalam kesulitan.
Banyak kendala yang dihadapi guru, begitupun kendala yang dihadapi oleh Ibu
Wiwin selaku guru kelas.
Menurut penjelasan ibu Wiwin,
beliau memiliki kendala dalam menentukan baik metode maupun model dalam
pembelajaran, karena menurut beliau intelegensi siswa belum bisa mengikuti
metode atau model pembelajaran baru, guru lebih dominan menerapkan metode
ceramah, karena lebih mudah untuk dipahami bagi siswa di sekolah itu. Sistem
pembelajaran di SDN Jasinga 07 masih terbilang konvensional, karena belum
menerapkan metode atau model pembelajaran yang berkembang saat ini. Guru masih
menerapkan model pembelajaran zaman dulu.
Adapun respon dari orang tua mengenai anaknya yang
berkesulitan belajar yaitu, mereka hanya menasihati anaknya supaya rajin
belajar dan memberikan tanggung jawab
sepenuhnya kepada guru dalam mendidik anaknya. Begitupun respon guru terhadap siswa yang berkesulitan belajar yaitu guru selalu memberikan motivasi
terhadap anak dan memberikan bimbingan-bimbingan belajar yang dapat membantu
anak untuk memahami materi yang harus dikuasai.
Menurut penjelasan dari Ibu Wiwin anak berkesulitan
belajar, diberikan latihan-latihan belajar selesai sekolah (hanya pengulangan materi), yang sudah
disampaikan pada hari itu agar siswa yang berkesulitan belajar ini bisa
memahami dengan baik materi yang disampaikan.
Guru juga
sesekali mengadakan pertemuan dengan wali murid yang berkesulitan untuk memberikan
penjelasan mengenai perkembangan anaknya dan meminta orang tua siswa yang
berkesulitan belajar untuk tetap selalu membimbing anaknya dirumah untuk
belajar dan memberikan perhatian lebih terhadap anaknya dengan selalu
memotivasi anaknya untuk tetap rajin belajar.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses
psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau
tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung.
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat
digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :
a. Faktor
intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri
) yang meliputi:
1). Faktor
fisiologi
2). Faktor
psikologis
b. Faktor ekstern (faktor dari
luar anak) meliputi:
1).
Faktor-faktor sosial
2).
Faktor-faktor non- sosial
Model
layanan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar:
1.
Model Pendidikan Terpadu
2.
Model Pendidikan Mainstreaming
3.
Model Inklusi
B.
Saran
Sekolah diharapkan dapat lebih memperhatikan anak yang
berkebutuhan khusus agar dapat disama ratakan dengan siswa lainnya dan sekolah
diharapkan dapat memenuhi sarana prasana yang ada disekolah. Dan para pendidik
semoga diberikan kesabaran dalam kegiatan belajar mengajar disekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar