Penyelidikan bunyi-bunyi bahasa suatu bahasa mempunyai fungsi yang besar dalam
hal menciptakan tanda-tanda/lambang-lambang yang menyatakan bunyi ujaran.
Lambang-lambang bunyi ujaran itu disebut huruf,
sedangkan aturan penulisan huruf itu disebut ejaan.
Munculnya ejaan jelas merupakan usaha yang memiliki manfaat besar,terutama
untuk menyimpan informasi. Kalau ejaan dapat diterapkan sesuai dengan bunyi
ujaran, tentunya, informasi yang diabadikan lewat tulisan itu juga akan lebih
komunikatif. Namun, harus disadari bahwa tidak pernah ada sistem tulisan yang
sempurna.
Dalam penggunaan secara praktis, bunyi-bunyi bahasa yang beragam itu akan sulit
digambarkan. Andaikan dapat menghafalkannya (dalam usaha menggunakan bahasa
tulis) bukanlah pekerjaan yang gampang, apalagi jika bunyi-bunyi itu mirip.
Karena itu, hasil penyelidikan fonemiklah yang seharusnya dijadikan dasar
pembentukan sistem tulisan. Dasar yang harus digunakan di sini adalah sebuah
fonem dilambangkan dengan satu huruf/tanda/lambing/grafem. Sistem tulisan
(ejaan) yang demikian ini disebut ejaan fonemis. Dengan kata lain, ejaan
fonemis ini menganut sistem monograf.
Di samping itu, fonem /ә/ dan /è/ yang
terbukti sebagai fonem-fonem yang berbeda dilambangkan dengan huruf yang sama,
yakni (è). Telah terbukti pula bahwa antara /?/ (apostrof) /bisat ( ‘ ) dengan /k/ terdapat perbedaan yang
fungsional, tetapi kenyataannya keduanya dilambangkan dengan huruf yang
berbeda, yakni (k) atau ( ‘ ) tetapi ada perbedaan dalam pengucapannya. Satu
grafem/huruf yang melambangkan dua fonem yang berbeda ini dikenal dengan
istilah diafon.
dimanakah anda mendapatkan refrensi atas tulisan anda ?
BalasHapus